Berhias Diri Bagi Wanita Shalihah

بسم الله الرحمن الرحيم

Berhias Diri Bagi Wanita Shalihah

Wanita shalihah adalah wanita yang cantik lahir dan bathin, ia memiliki kecantikan asli atau ideal. Secara fisik bersih dari benda-benda haram. Sedangkan secara bathin bersih dari kotoran kejiwaaan seperti syirik, nifaq,dll.Wanita shalihah adalah wanita yang ia cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang ia wujudkan dalam amal keseharian.Wanita shalihah adalah perhiasan atau keindahan terbaik dunia, hal ini sebagaimana sabda Rasululah saw:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،قَالَ:الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ (رواه مسلم)

Artinya: “Dari Abdullah bin Amr, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Dunia adalah tempat kesenangan serta keindahan, dan sebaik-baik keindahan adalah wanita shalihah”. (HR.Muslim)[1]

Salah satu ciri wanita shalihah adalah menjaga penampilan dhahir yang mana penampilan dhahir ini harus senantiasa sesuai dengan tuntunan Allah swt yang termaktub dalam al-Qur’an dan tuntunan Rasululah saw yang termaktub dalam hadits-hadits shahih.

Allah swt menyukai keindahan untuk itu para hambanya termasuk didalamnya adalah wanita shalihah tentunya tidak terlarang dalam  menyenangi keindahan hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw, sebagai berikut:

 إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ (رواه مسلم)

Artinya: “Sesunggunya Allah itu Indah dan Ia mencintai keindahan”. (HR. Muslim)[2]

Tabaruj (berhias diri)

Wanita shalihah sebagaimana keterangan yang lalu bahwa ia tidak terlarang untuk berhias diri hanya saja yang perlu diperhatikan adalah batas-batasnya, maka pada pembahasan ini kita akan bahas tentang tabaruj atau berhias diri bagi wanita shalihah.

Dalam Islam tidak diatur model berhias bagi wanita shalihah hanya saja batasnya tidak boleh seperti tabaruj jahiliyah. Hal ini sebagaimana firman Allah swt berikut:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا (33)

Artinya:”Dan hendaklah kamu di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. (Q.S: al-Ahzab: 33)

Diantara tafsir makna tabaruj pada ayat diatas adalah

أَنْ تُبْدِيَ الْمَرْأَةُ مِنْ زِينَتِهَا وَمَحَاسِنِهَا مَا يَجِبُ عَلَيْهَا سَتْرُهُ، مِمَّا تَسْتَدْعِي بِهِ شَهْوَةَ الرَّجُلِ

“Seorang wanita menampakkan dari perhiasan dan keindahan (tubuhnya) yang mestinya tertutup dari apa-apa yang dapat mendatangkan syahwat bagi laki-laki”[3]

Atau dengan bahasa lain seorang wanita dilarang untuk menampakkan perhiasan dan keindahan dirinya untuk yang bukan mahramnya.

Oleh sebab itu ada beberapa hal yang perlu di perhatikan agar tidak termasuk tabaruj jahiliyah.

  1. Pakaian.

Pakaian wanita shalihah adalah pakaian yang menutup auratnya. Aurat wanita adalah seluruh tubuhnya selain wajah dan telapak tangannya. Hal ini sebagaimana dasar-dasar berikut:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (59)

Artinya:”Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S: al-Ahzab: 59).

Sabda Rasulullah saw:

إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ (رواه أبو داود)

Artinya:”Sesungguhnya wanita apabila telah baligh tidak boleh dinampakkan darinya kecuali ini dan ini, sambil Nabi saw memberikan isyarat pada wajahnya dan kedua telapak tangannya”. (HR. Abu Dawud)[4]

Berdasarkan keterangan diatas maka pakaian muslimah haruslah menutup auratnya. Adapun modelnya Agama tidak mengatur secara khusus, hanya saja pakaian tersebut tidak boleh tipis(trasparan) ketat, bahkan pakaiannya menyerupai pakaian laki-laki. Hal ini sebagaimana keterangan berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ، وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا (رواه مسلم)

Artinya: “Dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw  bersabda:ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat, kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakan untuk memukul orang, dan wanita-wanita berpakaian tetapi sama juga dengan telanjang (karena pakaiannya terlalu minim, terlalu tipis atau tembus pandang), berjalan dengan berlenggok-lenggok, rambut mereka bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari begini dan begini”. (H.R Muslim)[5]

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: كَسَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُبْطِيَّةً كَثِيفَةً مِمَّا أَهْدَاهَا لَهُ دِحْيَةُ الْكَلْبِيُّ، فَكَسَوْتُهَا امْرَأَتِي فَقَالَ: «مَا لَكَ لَمْ تَلْبَسِ الْقُبْطِيَّةَ» قُلْتُ: كَسَوْتُهَا امْرَأَتِي. فَقَالَ: «مُرْهَا فَلْتَجْعَلْ تَحْتَهَا غِلَالَةً، فَإِنِّي أَخَافُ أَنْ تَصِفَ عِظَامَهَا» (رواه أحمد)

Artinya:”Dari Muhammad bin Usamah bin Zaid dari ayahnya, ia berkata: Rasulullah saw mengenakan baju dari Qibti yang tebal padaku yang pernah dihadiahkan pada Dihyah al-Kalbi, kemudian saya mengenakannya pada istriku kemudian Rasulullah saw bersabda kepadaku: kenapa engkau tidak memakai baju dari qibti? Saya menjawab: wahai Rasulullah saya mengenakannya pada istri saya. Kemudian Rasulullah saw bersabda: suruhlah ia menambahkan kain dibawahnya karena saya khawatir (baju itu) memperlihatkan bentuk tubuhnya”.(H.R Ahmad)[6]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: «لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلَ يَلْبَسُ لِبْسَةَ الْمَرْأَةِ، وَالْمَرْأَةَ تَلْبَسُ لِبْسَةَ الرَّجُلِ» (رواه أبو داود)

Artinya: “Dari Abi Hurairah ia berkata: Rasululah saw melaknat laki-laki memakai pakaian yang biasa dipakai wanita, dan wanita yang memakai pakaian yang biasa dipakai laki-laki”. (H.R Abu Dawud)[7]

  • Memakai rambut palsu (wig), memakai tato.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَعَنَ اللَّهُ الوَاصِلَةَ وَالمُسْتَوْصِلَةَ، وَالوَاشِمَةَ وَالمُسْتَوْشِمَة (البخاري)

Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan yang minta disambung, dan yang membuat tato dan yang minta dibuatkan”.(HR. Bukhari)[8]

  • Memotong alis, mengkikir gigi

لَعَنَ اللَّهُ الوَاشِمَاتِ وَالمُسْتَوْشِمَاتِ، وَالمُتَنَمِّصَاتِ، وَالمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ، المُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ تَعَالَى (البخاري)

Artinya: “Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dan yang minta dibuatkan, yang memotong alisnya dan yang mengikir giginya supaya cantik, (yang demikian itu) termasuk mengubah ciptaan Allah ta’ala”. (H.R. Bukhari)[9]

Demikianlah diantara larangan bagi wanita muslimah didalam masalah menghias diri.

والله أعلم بالصواب

*Arie Wildana Sakti*

Disampaikan pada pengajian an-Nisa’ Perum Taman Permata Indah Beji.

17 Jumadil Akhir 1440 / 22 Februari 2019


[1] Shahih Muslim, باب خير متاع الدنيا المرأة الصالحة, 2/1090 no 1467

[2] Shahih Muslim, باب تحريم الكبرو بيانه , 1/93 no. 91.

[3] Tafsir Fathul Qadir Li Syaukany, 4/320.

[4] Sunan Abi Dawud, باب فيما تبدى المرأة من زينتها , 4/62 no. 4140

[5] Shahih Muslim, باب النساء الكاسيات العاريات , 3/1680 no. 2128

[6] Musnad Ahmad, حديث أسامة بن زيد , 36/123 no. 21788.

[7] Sunan Abi Dawud, باب في لباس النساء, 4/60 no. 4098.

[8] Shahih Bukhari, باب الوصل في الشعر , 7/165 no. 5937.

[9] Shahih Bukhari, باب المتفجات للحسن, 7/164 no. 5931.

Leave a Reply