Berpegang Teguh Pada Ketetapan Allah

Berpegang Teguh Pada Ketetapan Allah

Sudah menjadi ketetapan bagi seorang muslim agar berpegang teguh terhadap ketetapan Allah swt yang termaktub di dalam al-Quran, hal ini sebagaimana firman-Nya  surah Ali Imran ayat 103:

 وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103)

Artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah, dan janganlah kamu berpisah-pisah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu, tatkala kamu bermusuh-musuhan, lalu ia jinakkan antara hati-hati kamu, lantas dengan nikmat Allah kamu jadi bersaudaraan, padahal, dahulunya, kamu di pinggir lobang dari neraka, tetapi Ia selamatkan kamu daripadanya; begitulah Allah terangkan kepada kamu tanda-Nya supaya kamu dapat petunjuk”. (Q.S: Ali Imran: 103)

Penjelasan:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا

Merupakan perintah berpegang teguh kepada Kitabullah, maksudnya menjadikan Kitabullah sebagai pedoman hidup serta menjadikan sebagai tempat kembalinya semua masalah. Hal ini sebagaiaman firman Allah swt:

إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا (105)

Artinya: ”Sesungguhnya telah Kami turunkan kepadamu Kitab (ini) dengan (membawa) kebenaran supaya kamu menghukum di antara manusia dengan (faham) yang Allah tunjukkan kepadamu, dan janganlah engkau jadi pembela bagi orang-orang yang khianat”. (Q.S: an-Nisa: 105)

Rasulullah saw bersabda:

أَلَا وَإِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ: أَحَدُهُمَا كِتَابُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، هُوَ حَبْلُ اللهِ، مَنِ اتَّبَعَهُ كَانَ عَلَى الْهُدَى، وَمَنْ تَرَكَهُ كَانَ عَلَى ضَلَالَةٍ (رواه مسلم)

Artinya: “Ketahuilah bahwasannya aku telah tinggalkan kepada kamu sekalian dua hal yang berat, salah satunya ialah Kitabullah ia adalah Hablullah. Dan barangsiapa mengikutinya maka berarti ia berada dalam petunjuk, dan barangsiapa meninggalkannya maka ia akan berada dalam kesesatan”. (HR. Muslim).

إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثًا، فَيَرْضَى لَكُمْ: أَنْ تَعْبُدُوهُ، وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَيَكْرَهُ لَكُمْ: قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةِ الْمَالِ (رواه مسلم)

Artinya: “Sesungguhnya Allah ridha kepada kalian dalam tiga perkara dan tidak menyukai bagi kalian tiga perkara. Ridha kepada kalian dalam beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dalam hal kamu berpegang teguh pada tali Allah serta tidak bercerai berai. Dan tidak menyukai bagi kalian dalam membicarakan yang belum pasti,banyak bertanya (yang tidak perlu), dan berfoya- foya dalam harta”. (HR. Muslim).

Berpegang teguh terhadap Kitabullah secara otomatis berpegang teguh pula terhadap hadits shahih, sebab hadits shahih merupakan salah satu pondasi syariat Islam.

Allah swt berfirman:

…وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (44)

Artinya: “…Dan Kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka memikirkan”. (Q.S: an-Nahl: 44)

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4)

Artinya: “Dan (Muhammad) tidaklah berbicara berdasarkan kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (Q.S: an-Najm: 3-4)

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا …(7)

Artinya: “…Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang diarangnya bagimu maka tinggalkanlah”. (Q.S: al-Hasyr: 7)

Rasulullah saw bersabda:

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ (رواه مالك)

Artinya: “Aku telah tinggalkan bagi kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama berpegang pada keduanya: Kitabullah (al-Quran) dan sunnah nabi-Nya (hadits shahih)”. (HR. Malik).

وَلَا تَفَرَّقُو

Larangan bercerai-berai sebagaimana yang pernah dilakukan ummat terdahulu. Hal ini sebagaimana firman Allah:

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (159)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang membagi-bagi kan agama mereka dan jadi beberapa golongan itu, bukankah engkau dari (golongan mereka) di tentang apa pun. Tidak lain urusan mereka, melainkan kembali kepada Allah, kemudian Ia akan terangkan kepada mereka apa yang mereka telah kerjakan”. (Q.S: al-An’am: 159)

Selain itu ayat ini juga melarang kita bercerai-berai menjadi golongan-golongan yang saling melemahkan antara satu dengan lainnya, karena yang demikian itu akan mengakibatkan kelemahan di pihak kita.

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (46)

Artinya: “ Dan Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janaganlah kamu berbantah-bantahan, karena nanti kamu jadi lemah dan hilang kekuatan kamu, dan sabarlah (karena) sesunguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”. (Q.S: al-Anfal: 46)

Adapun berbeda pendapat dalam memahami al-Quran atau hadits tidak termasuk yang dilarang Agama selama masih dalam koridor yang dibolehkan Agama, artinya tidak saling bermusuhan dan merasa benar sendiri.

Perbedaan pendapat seperti ini eksistensinya diakui oleh al-Quran sebagaiaman firman Allah swt:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا (59)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan kepada orang-orang yang berkuasa diantara kamu, maka sekiranya kamu berbantahan dalam satu perkara, hendaklah kamu kembalikan dia kepada Allah dan Rasul jika adalah kamu beriaman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu sebaik-baik dan sebagus-bagus ta’wil”. (Q.S: an-Nisaa’: 59).

*Arie Wildana Sakti*

Leave a Reply