Oleh: Ustadzah Yuliati Mahasiswi Pascasarjana Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Islam Malang
Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang dikemas secara indah dengan diksi-diksi penuh makna. Puisi juga termasuk dalam salah satu materi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk semua jenjang, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. biasanya guru memberi intruksi untuk membacakan puisi di depan kelas. Tidak hanya itu, kerap diadakannya lomba membaca puisi baik tingkat siswa, mahasiswa ataupun umum. Maka dari itu keterampilan siswa dalam membaca puisi harus diasah. Terdapat formulasi jurus jitu yang bisa digunakan siswa dalam mengasah kemampuan membaca puisi, yaitu V3 (Verbal, Voice, Visual).
Pertama adalah Verbal yang berhubungan dengan diksi, verbal perlu diperhatikan agar pada saat membacakan puisi siswa terlihat menguasai. Caranya adalah (1) Membaca dalam hati puisi yang akan dibaca secara berulang dengan tujuan mengenal diksi yang ada. (2) Memberikan ciri pada bagian-bagian tertentu, misalnya tanda jeda. Jeda pendek dengan tanda (/) atau pengganti koma dan jeda panjang dengan tanda (//) sebagai pengganti titik (///) sebagai tanda akhir kata atau menandakan sudah berada di kata terakhir (3) siswa harus Memahami suasana, tema, dan makna puisinya. supaya bisa lebih Menghayati dan bisa mengekspresikan puisi yang akan dibaca.
V yang kedua adalah Voice atau hal-hal yang berkaitan dengan suara. Terdapat lima aspek yang harus dipahami dalam melatih suara. Supaya mudah di ingat maka kita singkat dengan SPAASI (Speed, Power, Artikulasi, Aksentuasi, dan intonaSI). Speed atau kecepatan dalam membaca puisi harus diperhatikan. Artinya jangan terlalu cepat yang mengakibatkan kata yang siswa ucapkan tidak jelas dan akan mengganggu kestabilan pernafasan. Bisa-bisa puisi belum selesai sudah merasa lelah karena kehabisan nafas. Power atau kekuatan, supaya suara pembaca puisi lebih berkarakter maka harus memiliki power. Jangan sampai membaca puisi dengan suara lirih seperti orang berbisik. Selanjutnya Artikulasi, atau kejelasan suara, artinya suara pembaca puisi harus jelas, misal dalam mengucapkan huruf-huruf vokal a/, /i/, /u/, /e/, /o/. Aksentuasi atau logat kedaerahan, supaya hasil pembacaan puisi lebih bagus maka sesuaikan dengan puisi yang dibaca. Misalnya puisi yang dibaca ada istilah jawa atau sunda maka alangkah lebih baik jika dapat menyesuaikannya. Terakhir adalah intonaSI atau ketepatan penyajian dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi terbagi menjadi dua yaitu tekanan dinamik (tekanan pada kata-kata yang dianggap penting) dan tekananan tempo (cepat lambat pengucapan suku kata atau kata).
V yang ketiga yaitu Visual seperti yang sudah kita ketahui bahwa visual adalah sesuatu yang bisa kita lihat. Jika dikaitkan dengan pembacaan puisi visual ini terdiri dari mimik wajah, gesture atau bahasa tubuh. mimik wajah saat membaca puisi harus sesuai dengan kandungan puisi yang dibawakan, misalnya sedang membacakan puisi sedih maka mimik wajah juga perlihatkan sedih untuk mendukung isi yang terdapat dalam puisi tersebut. Begitupun dengan gestur atau bahasa tubuh yang digunakan nnanti harus sesuai supaya lebih terlihat estetik. Contoh, pembaca puisi bisa menggerakkan tangan, melangkah, atau memainkan mimik wajah. Semua gerak tubuh dilakukan sesuai kebutuhan teks puisi dan sesuai kreasi. Catatanya adalah jangan berlebihan dalam bergerak, secukupnya saja yang terpenting penampilan saat membacakan puisi tidak terlihat monoton.
Kemampuan atau keterampilan membaca puisi bisa dilatih, jangan khawatir tidak bisa, semua kemampuan yang ada di muka bumi dapat kita kuasai dengan berlatih. Jangan mudah bosan, dan tetap berproses secara sungguh-sungguh. Sesungguhnya melangkah setapak itu lebih baik daripada diam membungkam.