Oleh : Ahmad Ibnu Ibad
Dalam surah Al-Hajj ayat 47 disebutkan:
“Dan sesungguhnya sehari di sisi tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
Ayat tersebut, jika dilihat secara seksama, sebenarnya membuka pemahaman baru tentang waktu. Bagaimana waktu bekerja dalam alam akhirat, karena bisa dipahami bahwa ‘sehari di sisi tuhanmu’ adalah lama waktu yang berjalan dalam alam akhirat, dibandingkan dengan lama waktu dunia. Sehari di akhirat sama panjangnya dengan seribu tahun menurut perhitungan bumi.
Dalam surah Al-Mu’minun ayat 112-113 disebutkan:
“Dia (Allah) berfirman, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’. Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung.’. Dia (Allah) berfirman, ‘Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui.’”
Dan dalam surah Taha ayat 104 disebutkan:
“Mereka saling berbisik satu sama lain, ‘Kamu tinggal (di dunia) tidak lebih dari sepuluh hari.’ Kami lebih mengetahui apa yang akan mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya mengatakan, ‘Kamu tinggal (di dunia), tidak lebih dari sehari saja.’”
Dari beberapa ayat di atas juga dapat diketahui bahwa lama waktu dunia tidak berbanding dengan akhirat. Saya ingin menghitung secara matematis seberapa besar perbedaan antara 24 jam waktu akhirat dengan 24 jam waktu dunia, dengan menggunakan dalil dari surah Al-Hajj di awal.
Waktu Dunia vs Waktu Akhirat
Dalam surah Al-Hajj disebutkan:
“Dan sesungguhnya sehari di sisi tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
Maka dari ayat di atas, bisa dihitung berapa lama hidup manusia di bumi jika dibandingkan dalam waktu akhirat, jika rata-rata umur manusia enam puluh tahun;
60 (tahun hidup manusia) dibagi 1000 (lama sehari di akhirat) sama dengan 0,06. Yang jika dialihkan ke satuan jam menjadi 1,44 jam.
1,44 jam, atau bisa disederhanakan menjadi 1,5 (satu setengah) jam. Lihatlah betapa singkat waktu hidup manusia! Karena itu pada surah Taha di atas, disebutkan bahwa orang-orang yang durhaka berkata bahwa mereka hidup di dunia hanya sementara, karena pada asalnya, kita hanya hidup selama satu setengah jam di dunia. Untuk kemudian langsung meninggal dan menunggu waktu Perhitungan. Para penduduk akhirat tidak merasa hidup di dunia kecuali hanya sebentar saja. Dan amat menyesal orang yang menyia-nyiakan waktu hidupnya!
Saya lebih suka meng-analogikan lama waktu hidup di dunia itu seperti halnya ujian sekolah –yang biasanya memakan waktu 90 menit untuk mengerjakan ujian, kecuali untuk pelajaran matematika, misalnya-. Maka satu setengah jam di dunia itu sama seperti satu setengah jamnya ujian sekolah. Yang sebagian besar menentukan kelulusan anak didik tersebut (atau bahkan bisa menentukan kesuksesannya). Satu-satunya perbedaannya adalah, dalam ujian sekolah kita tidak diperbolehkan menyontek, melihat buku, atau mengintip jawaban orang lain. Dalam ujian dunia ini, Allah memberi kebebasan pada hamba-Nya untuk menyontek jawaban orang lain (meniru perilaku, gaya hidup, atau prinsip orang lain), melihat buku acuan (melihat Kitab suci, sunnah Nabi, atau kitab-kitab Ulama’), atau bahkan tidak mengerjakan soal sama sekali (masa bodoh dengan tujuan kehidupan). Allah memberi kebebasan pada hamba-Nya untuk berbuat sesukanya di dunia. Tetapi dengan konsekuensi yang akan ditanggung masing-masing pribadi.
Lalu, jika dihitung secara matematis, berapakah kiranya manusia yang mampu menghadapi dan lulus ujian Akbar ini?
Saya telah menghitungnya berdasarkan rata-rata manusia beribadah –dan sebuah kalkulator-, bahwa jika rata-rata seorang manusia menghabiskan waktu sepuluh menit untuk sekali sholat, maka:
10 menit dikali 5 (lima waktu sholat dalam sehari) sama dengan 50 menit (waktu yang dihabiskan untuk sholat sehari)
Maka dalam seminggu: 50 dikali 7 (hari dalam seminggu) sama dengan 350 menit, atau kurang lebih sekitar 6 jam. Maka sekali lihatlah wahai manusia! Dalam seminggu rata-rata manusia hanya menghabiskan waktu enam jam untuk beribadah?! Dimanakah kita dalam 6 setengah hari sisanya?
Jika perhitungannya diperluas, dalam jangka satu tahun manusia beribadah selama:
1 tahun: 6 jam dikali 4 (jumlah minggu dalam sebulan) dikali 12 (jumlah bulan dalam setahun). Maka akan didapatkan hasil yang mencengangkan yaitu: 1 minggu lebih 5 hari!
Dan seumur hidup manusia beribadah selama:
60 (rata-rata manusia hidup) dikali 12 hari, sama dengan 2 tahun. Sepanjang hidup manusia (bagi siapa yang panjang sholatnya 10 menit dan tidak melakukan apapun selain sholat), makhluk ini hanya beribadah selama dua tahun! Maka, kemanakah kita selama 58 tahun sisanya? Sungguh benar firman Allah dalam surah Al-‘Ashr yang mengatakan bahwa manusia itu amat merugi!
Jika dikembalikan pada analogi ujian sekolah tadi, apabila satu tahun sama dengan satu soal (berarti ada 60 soal ujian). Apakah bisa lulus, seorang siswa yang hanya ‘menjawab’ dua soal, dan mengabaikan sisannya? Padahal semua contekan, buku-buku panduan, orang-orang pintar, bertebaran di sekitarnya?
Maka marilah kita renungkan bersama-sama hal ihwal waktu ini, agar nanti kita tidak termasuk orang yang merugi di hari kiamat kelak. Na’udzubillah….
Maka akan saya tutup tulisan saya dengan surah Al-‘Ashr, ayat satu sampai tiga yang begitu mengena di hati saya. Imam Syafi’i radhiallahu ‘anhu pun pernah berkata tentang surah ini, “Apabila seluruh manusia berpikir tentang surah ini, maka cukuplah itu bagi mereka.”
“Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan saling menasehati dalam kebajikan, dan saling menasehati dalam kesabaran.”
Wallahu a’lam bish- showab….